Senin, 03 Juli 2023

TANTRAYANA_kama sutra

 πŸ’–πŸ™πŸ’–πŸ§˜‍♂️🧘‍♂️

Wanita Griya Dewata, Ojas,

Tantra Kundalini Hingga Kama Sutra

Kompilasi : Rsi Giriramananda

WANITA itu mulia, dia adalah Parwati, sakti Shiva. Sejatinya demikian terhormat kedudukannya, karena itu jangan sekali kali menjadikan kaum wanita/ istri sebagai wanita “pemuas nafsu”, alasanya kompetensinya lebih dari itu, sebab sejatinya, ia adalah dewi rumah ( griyadewata). Demikian satra, Weda, Tantrik menguraikan eksistensi wanita. Jika wanita tak dihormati dalam

Manawa Dharmasastra, ditegaskan segala upacara yang dilakukan tak akan berhasil alias sia sia. Karena itu jangan pernah menyia nyiakan, menelantarkan wanita

Dalam paradigma yang lebih sublim yakni maithuna, pertemuan suami dan istri itu merupakan wujud ritual penting dalam upacara homa rahasya. Pihak wanita disebut Tungku nya, dan laki laki adalah apinya ( jadi merupakan Kunda Agni). Dan orang yang mengetahui rahasia itu, menurut sastranya, berpeluang dapat moksah. Karena itu, suami istri idealnya selalu memuja bersama. Dalam Siwa Sakti Yoga, mantra nya tak dikutif disini dijelaskan , “Itulah Homa yang dilakukan secara internal, dengan menempuh jalur sumsumna, ida dan pinggala, dan semua fungsi indria dikorbankan, dituangkan ke dalam Api Homa, dipersembahkan kepada Atman, semua pahala baik atau buruk, semoga dibakar seluruhnya, di dalam minyak yang dituangkan, Svaha”

Lalu bagaimana terkait maithuna, berhubungan sex secara fisik, hanya disarankan sekali sebulan. Waktunya lima hari , hari kelima setelah pihak wanita bersih dari menstruasi.

Kelahiran

Sesuai Lontar Ganapati Tattwa, awal mula proses kelahiran itu dari “Rupa Suksme” hal itu disebut Atma yang berada pada sperma maskulin (cukla) warnanya bagaikan permata mutiara bening keluar dari tubuh wanita dilahirkan oleh Omkara. Bentuk yang sama itu tersimpan dalam kandungan ibu, warnanya merah bestatus feminim. Disitulah tempatnya berevolusi. Maka segala jenis cukla- swanita , atau sperma maskulin dan feminim diselubungi Omkara. Jadi, yang menyebabkan suksme rupa itu adalah omkara. Setelah sebulan tumbuh menjadi cair (wereh) berupa empehan ( lendir) warnanya bening. Kemudian setelah tiga bulan lendir itu berbentuk butiran, berwarna merah darah, selanjutnya menjadi Shivalingga, berlubang di tengahnya berisi omkara. Enam bulan Sivalingga itu menjadi Mayareka, lalu menjadi Agni, memiliki temperatur panas, sesudah tujuh bulan Agni itu, berwujud anak gading. Dalam delapan bulan anak gading itu muncul Uswasa yang berasal dari Omkara. Saat itu juga sudah ada tulang , kuku dan rambut. Kemudian setelah 10 bulan lahir/ embas lah bayi itu dari kandungan ibu.

Falsafahnya : Shiva itu disebut Omkara dan Lingga dimaksudnya Sukla Swanita (sperma maskulin feminim) sama sama lekat dan berkaitan sebagai Shiva Lingga, bersenyawa itu juga yang menghidupkan badan halus. Setelah 10 bulan maka Sunya yang menghidupinya. Saat lahir Nirmana yang menghidupinya, setelah bisa memanggil Ibu Bapak ,Nirmana itu berganti dan muncullah Jiwa yang menghidupi. Setelah itu baru Atma menghidupi hingga meninggal. Demikian lah proses kelahiran dalam Garba Ibu menjadi manusia.

Jadi bagaimana upaya menjaga “ojas” energi vital itu agar tetap optimal tidak sia sia.

Artinya ojas itu tak terbuang oleh aktivitas maithuna berlebih??. Sudah pasti ojas itu harus dijaga, dengan api kundalini - ida pinggala dan sumsumna, sehingga dari Para / Muladhara, Ganesha awalnya ke Nabhi diproses naik ke cakra cakra lebih luhur hingga sahasrara dan Trikuti, Brahma randra, Sunya, hingga terakhir Niskala. Proses untuk meningkatkan ojas itu disebut efektif melalui : Darana, Dyana, Samadhi - yang merupakan rangkaian Astanggayoga/ Rsi Pantanjali atau mengacu pada Lontar Bali penerapannya melalui Sadanggayoga, selain proses dinamis “Atmavicara”. Jadi dyana , samadhi yang dikuatkan, tapa, brata, harus menjadi shadana abhyasa bagi sang walaka/ shadaka itu, dengan “Atma Arpanam” , sebagai persembahan puncak yoga penyatuan Atma Paramatma. Tempatnya, di Sahasrara atau Dwasangula 12 cm di atas sahasrara, hanya dengan proses sistematis seperti itu “ojas” itu bener benar berfungsi maksimal, menyatukan Atma dengan Paramatma, melalui cakra cakra dan juga api kundalini sakti, sehingga sarwa papa, roga, winasaya, yang disebabkan vasana/ samskara bawaan Sancitakarma dalam kehidupan prarabdha karma saat ini geseng, lebur, ia pun bertranformasi menjadi manusia sejati. Sang nara itu tersublimasi menjadi Narayana, dalam satra ia pun dipercaya sudah mampu merealisasikan Atma Saksatkara, kelak mencapai mukti, alias moksah itu sendiri.

Dimutasi

Sperma itu kan selalu berproduksi di diri kita, nah agar “ojas” itu tak terbuang sia sia akibat penyaluran nafsu yang kebablasan, strateginya harus dimutasi secara baik dan luhur serta selalu dikendalikan. Salah satunya ojas itu dilatih dinaikkan dengan afirmasi melalui skema meditasi, samadi , lewat api kundalini sakti, menembus cakra cakra disatukan di sahasrara atau di dwasangula, - jadi tergantung metodenya. Penyatuan Ojas, Atma- Paramatma dengan teknik tsb memproduksi amritam/ tirta sanjiwani keabadian. Jadi, dengan meditasi dan afirmasi sperma itu naik melalui kundalini ke sahasrara. Syaratnya, harus bisa puasa birahi, paling maksimal maithuna itu dilakukan sekali sebulan, baru sperma / ojas nya tak terbuang sia sia, ia berubah full power. Jadi jika sebaliknya, sering sering maithuna itu, maka jadi relatif sangat susah mencapai pencerahan sempurna, baik membukaan three netra maupun pencapaian sat cit ananda apalagi enlingthenment. Karena itu orang sukla brahmancarin rakatif lebih mudah mencapai pencerahan, namun seorang yang melakoni grahasta ashrama bukan tak bisa, sangat bisa dan memungkinkan, hanya memang harus kerja keras, dipaksa wajib disiplin senantiasa all out untuk merealisasikannya.

Tantra Kama Sutra

Kama sutra lumrah diekpose di Barat, dengan berbagai art / seni suatu fose fose “maithuna” yang sangat erotis. Dan hal itu wajar wajar saja, apalagi ada yang namanya ilmu Apara avidya ( ilmu dunia sekala) dan Para Vidya (niskala).

Pastinya ada pihak pihak tertentu yang menjadi bagian masing masing golongan tsb

Jika kita fokus pada Satwika Tantra Kama Sutra. Intinya Maithuna itu dilakukan bersama satu visi dalam domain pemujaan. Sama sama sadar dan memiliki orientasi pada penyatuan Shivasakti, sebagai prinsif Ardhenareswari. Itu goal utama ajaran Satwika Kama Sutra. Dengan afirmasi selalu menyertai prinsif unity dari Shiva Sakti itu, Pancatattwa pun diasosiasikan sebagai simbol simbol penyucian mental dan spiritual. Minuman keras, Perempuan, Ikan, Daging dan Mudra, bukan diaplikasikan secara fisik, melainkan disucikan secara mental dan spiritual murni, dengan deskripsi mental, Minuman keras tidak lain adalah Pengetahuan yang didapat dengan shadana , efek yang memabukkan, karena melakukan yoga intensif kepada Parabrahman. Dengan pemujaan strike seperti itu akhirnya kesadarannya terhadap dunia luar hilang, Mamakan Daging, bukan daging hewan, semua perbuatan harus dikiblatkan , diarahkan kepada Paramashiva yang Agung , Memakan Ikan, adalah mengaplikasikan pengertian tat twan asi, ia memiliki rasa sensitif yang lebih, merasakan baik suka dan duka mahluk lain, Mudra, adalah perbuatan membebaskan dari ikatan, maithuna itu adalah usaha all out melakukan shadana bersama sama, dengan mempertemukan secara mental/ afirmasi pada proses penaikan kundalini melalui cakra cakra dan sumsumna , menyatukan Shakti dan Shiva di sahasrara. Nah demikianlah proses Tantrik Shiva Sakti.


RAHAYUπŸ’–πŸ™

#karunasakti

@karunasakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar