Selasa, 04 Juli 2023

Folosf Siwaratri

 (DARMAYASA)

Selamat merayakan Hari Raya Shivaratri

Kemuliaan jagra dalam Śivarātri diberikan melalui cerita sang pemburu bernama Lubdhaka yang melek semalaman duduk di atas pohon disebabkan rasa takut karena kemalaman di hutan (irika tikang niṣāda mӗmӗnek pang ing maja). Ia tidak pernah melakukan kebaikan berupa punia, yaśa, dharma, dan brata (satata turung mapunya yaśa dharma len brata katinya kaśmala dahat). Di lain pihak dalam praktik spiritual Veda, tradisi jagra merupakan tradisi yang sangat kuna. Tradisi bagi para pemuja Śiva untuk mempraktikkan pūjā-dhyāna atau sembahyang dan meditasi khusus pada Śiva. Para bhakta Śiva dan Yogi lebih mementingkan jagra dalam menyelamatkan pikiran dari kejatuhan di malam gelap “peteng pitu” atau Sapta Timira, yaitu 7 jenis kegelapan berupa surūpa (ketampanan/kecantikan), kulina (kelahiran, kebangsawanan), yauvana (masa muda), kaśuran (kekuatan, keperwiraan), guṇa (kecerdasan, keahlian, sifat-sifat baik), sura (kemabukan, minuman keras), dan dhana (kekayaan).

Jagra pada malam Śiva dimaksudkan menjaga agar manah (pikiran) yang dalam aktivitas super cepat, baik keadaan jaga (jāgrata) dan tidur (svapna) untuk dapat diarahkan pada Śiva (tan me manaḥ śiva-saṁkalpam astu). Ketika pikiran sedang terjaga maka ia akan bergerak maha cepat dan maha jauh kemana-mana. Demikian pula ketika pikiran sedang tertidur maka ia akan bergerak maha cepat dan maha jauh, kapan saja dan kemana saja. Oleh karena itu, orang akan menjaga bukan hanya jaganya pikiran melainkan juga tidurnya pikiran agar tetap berada lelap dalam saṁkalpa pada malam Śiva.

Pengertian Jagra bukan hanya berarti tidak tidur dalam kegelapan melainkan juga tidak tidur dalam terang. Kegelapan pun ada dalam terang, kebodohan pun ada dalam kecerdasan, kecorobohan dan kealpaan pun bisa terjadi dalam “kebijaksanaan”. Jagra berarti tetap terjaga dalam sentuhan karunia Dewa Śiva. Menjaga pikiran dengan jagrata atau terjaga adalah dengan memusatkan pikiran kepada Śiva sebagaimana sang Lubdhaka memusatkan pikirannya pada lingga Dewa Śiva. Dengan demikian, gerak super cepat pikiran akan menjadi terkontrol serta terarah dengan baik menuju pada Śiva sendiri. (02).

Darmayasa


Analogi/perumpamaaan Wong Minum"mabuk"

 ✋️🥂😄😀🙏🙏

10 Panyandra Wong Nginum Panyandrane Perumpamaan Orang Minum

1. Eka Padmasari, egese Wong Nginum Antuk Sadhasar Kaya Kombang Ngisep Sari

2. Dwi amartani tegese loro andhap asor;

3. Tri Kawula Busana tegese yiku telu, batur panganggo

4. catur wanara rukêm tegese yaiku kethek mangan wohwohan

5. panca sura panggah tegese yaiku wani kasaguhan

6. Sad Guna Weweka tegese yaiku bangkit pangawasing ati

7. Sapta Kukila Warsa tegese manuk udan (kudanan)

8. astha sacara-cara tegese yaiku sawiyah wiyah

9. Nawa Gra Lapa Tegese Yaiku Awak Lesu

10. Dasa Yaksa Wangke artinya kaya buta mati

CATUR BRATA PENYEPIAN

 🧘‍♂️🧘‍♂️🙏💖💖🙇‍♂️🙇‍♀️


SELAMAT H.R. NYEPI & T.B. SAKA

Semoga melalui pelaksanaan CATUR BRATA PENYEPIAN :

(1) BRATA AMATI GENI (tidak menyalakan api di dapur untuk memasak sehingga secara fisik menahan dan mengendalikan gejolak nafsu makan yang berapi-api). Secara spiritual mengendalikan API EGOISME yang senantiasa ingin memasak lawan apalagi lawan. Sehingga secara sains Brata Amati Geni adalah Sains Spiritual jika dilaksanakan pada setiap BRATA AMATI GENI akan memberikan jaminan adanya TRANSFORMASI POSITIF dari EGOIS menjadi HUMANIS.

(2) BRATA AMATI KARYA adalah Sains yang memberikan latihan MENTAL SPIRITUAL agar sifat manusia yang selalu aktif dan agresif bekerja siang dan malam didorong oleh motivasi KELUAR DIRI untuk memiliki HARTA BENDA. Kemudian melalui AMATI KARYA sifat aktif dan agresif itu ditrasformasikan ke dalam kegiatan KE DALAM DIRI untuk menemukan ESENSI DIRI sebagai ATMAN. Perjumpaan dengan Sang Diri (Atman) seharusnya dapat membangun sikap mental yang SEIMBANG antara pandangan FISIK dan METAFISIK dan memahami perbedaan antara yang kekal dan sementara.

(3) AMATI LELUNGAN ~ Tidak melakukan PERJALANAN KE LUAR RUMAH (Simbolis Pengendalian Pikiran yang selalu berpetualan keluar diri) DIUBAH PERJALANANNYA KE DALAM DIRI. Pada saat BRATA AMATI LELUNGAN pikiran diajak dan dirayu dengan mata terpejam dan masuk ke dalam diri untuk memeriksa seluruh yang ada di dalam diri baik yang FISIK maupun yang METAFISIK. Petualangan pikiran ke dalam diri membuat pikiran bebas dari karma buruk yang biasa digunakan lebih banyak melihat kesalahan orang lain daripada kesalahan sendiri. BRATA AMATI LELUNGAN sangat efekti untuk melakukan REFLEKSI DIRI ~ KOREKSI DIRI ~ INTROPEKSI DIRI.

(4) BRATA AMATI LELANGUAN adalah latihan spiritual untuk memdengar MUSIK ROHANI DALAM DIRI dengan cara MENGABAIKAN MUSIK- MUSIK DUNIAWI. Geguritan Sucita Muah Subudi Buku I Bab I Pupuh 1 menyatakan bahwa DI  DALAM DIRI ADA SUARA GENTA yang tidak terdengar oleh telinga Fisik. SUARA GENTA YANG HALUS ITU hanya dapat didengar oleh TELINGA ROHANI (Telinganya Sang Telinga).

SEMOGA UMAT HINDU SEMUA BERHASIL MELAKUKAN CATUR BRATA PENYEPIAN GUNA MEMBANGUN KEDAMAIAN SEMESTA.

Senin, 03 Juli 2023

TANTRAYANA_kama sutra

 💖🙏💖🧘‍♂️🧘‍♂️

Wanita Griya Dewata, Ojas,

Tantra Kundalini Hingga Kama Sutra

Kompilasi : Rsi Giriramananda

WANITA itu mulia, dia adalah Parwati, sakti Shiva. Sejatinya demikian terhormat kedudukannya, karena itu jangan sekali kali menjadikan kaum wanita/ istri sebagai wanita “pemuas nafsu”, alasanya kompetensinya lebih dari itu, sebab sejatinya, ia adalah dewi rumah ( griyadewata). Demikian satra, Weda, Tantrik menguraikan eksistensi wanita. Jika wanita tak dihormati dalam

Manawa Dharmasastra, ditegaskan segala upacara yang dilakukan tak akan berhasil alias sia sia. Karena itu jangan pernah menyia nyiakan, menelantarkan wanita

Dalam paradigma yang lebih sublim yakni maithuna, pertemuan suami dan istri itu merupakan wujud ritual penting dalam upacara homa rahasya. Pihak wanita disebut Tungku nya, dan laki laki adalah apinya ( jadi merupakan Kunda Agni). Dan orang yang mengetahui rahasia itu, menurut sastranya, berpeluang dapat moksah. Karena itu, suami istri idealnya selalu memuja bersama. Dalam Siwa Sakti Yoga, mantra nya tak dikutif disini dijelaskan , “Itulah Homa yang dilakukan secara internal, dengan menempuh jalur sumsumna, ida dan pinggala, dan semua fungsi indria dikorbankan, dituangkan ke dalam Api Homa, dipersembahkan kepada Atman, semua pahala baik atau buruk, semoga dibakar seluruhnya, di dalam minyak yang dituangkan, Svaha”

Lalu bagaimana terkait maithuna, berhubungan sex secara fisik, hanya disarankan sekali sebulan. Waktunya lima hari , hari kelima setelah pihak wanita bersih dari menstruasi.

Kelahiran

Sesuai Lontar Ganapati Tattwa, awal mula proses kelahiran itu dari “Rupa Suksme” hal itu disebut Atma yang berada pada sperma maskulin (cukla) warnanya bagaikan permata mutiara bening keluar dari tubuh wanita dilahirkan oleh Omkara. Bentuk yang sama itu tersimpan dalam kandungan ibu, warnanya merah bestatus feminim. Disitulah tempatnya berevolusi. Maka segala jenis cukla- swanita , atau sperma maskulin dan feminim diselubungi Omkara. Jadi, yang menyebabkan suksme rupa itu adalah omkara. Setelah sebulan tumbuh menjadi cair (wereh) berupa empehan ( lendir) warnanya bening. Kemudian setelah tiga bulan lendir itu berbentuk butiran, berwarna merah darah, selanjutnya menjadi Shivalingga, berlubang di tengahnya berisi omkara. Enam bulan Sivalingga itu menjadi Mayareka, lalu menjadi Agni, memiliki temperatur panas, sesudah tujuh bulan Agni itu, berwujud anak gading. Dalam delapan bulan anak gading itu muncul Uswasa yang berasal dari Omkara. Saat itu juga sudah ada tulang , kuku dan rambut. Kemudian setelah 10 bulan lahir/ embas lah bayi itu dari kandungan ibu.

Falsafahnya : Shiva itu disebut Omkara dan Lingga dimaksudnya Sukla Swanita (sperma maskulin feminim) sama sama lekat dan berkaitan sebagai Shiva Lingga, bersenyawa itu juga yang menghidupkan badan halus. Setelah 10 bulan maka Sunya yang menghidupinya. Saat lahir Nirmana yang menghidupinya, setelah bisa memanggil Ibu Bapak ,Nirmana itu berganti dan muncullah Jiwa yang menghidupi. Setelah itu baru Atma menghidupi hingga meninggal. Demikian lah proses kelahiran dalam Garba Ibu menjadi manusia.

Jadi bagaimana upaya menjaga “ojas” energi vital itu agar tetap optimal tidak sia sia.

Artinya ojas itu tak terbuang oleh aktivitas maithuna berlebih??. Sudah pasti ojas itu harus dijaga, dengan api kundalini - ida pinggala dan sumsumna, sehingga dari Para / Muladhara, Ganesha awalnya ke Nabhi diproses naik ke cakra cakra lebih luhur hingga sahasrara dan Trikuti, Brahma randra, Sunya, hingga terakhir Niskala. Proses untuk meningkatkan ojas itu disebut efektif melalui : Darana, Dyana, Samadhi - yang merupakan rangkaian Astanggayoga/ Rsi Pantanjali atau mengacu pada Lontar Bali penerapannya melalui Sadanggayoga, selain proses dinamis “Atmavicara”. Jadi dyana , samadhi yang dikuatkan, tapa, brata, harus menjadi shadana abhyasa bagi sang walaka/ shadaka itu, dengan “Atma Arpanam” , sebagai persembahan puncak yoga penyatuan Atma Paramatma. Tempatnya, di Sahasrara atau Dwasangula 12 cm di atas sahasrara, hanya dengan proses sistematis seperti itu “ojas” itu bener benar berfungsi maksimal, menyatukan Atma dengan Paramatma, melalui cakra cakra dan juga api kundalini sakti, sehingga sarwa papa, roga, winasaya, yang disebabkan vasana/ samskara bawaan Sancitakarma dalam kehidupan prarabdha karma saat ini geseng, lebur, ia pun bertranformasi menjadi manusia sejati. Sang nara itu tersublimasi menjadi Narayana, dalam satra ia pun dipercaya sudah mampu merealisasikan Atma Saksatkara, kelak mencapai mukti, alias moksah itu sendiri.

Dimutasi

Sperma itu kan selalu berproduksi di diri kita, nah agar “ojas” itu tak terbuang sia sia akibat penyaluran nafsu yang kebablasan, strateginya harus dimutasi secara baik dan luhur serta selalu dikendalikan. Salah satunya ojas itu dilatih dinaikkan dengan afirmasi melalui skema meditasi, samadi , lewat api kundalini sakti, menembus cakra cakra disatukan di sahasrara atau di dwasangula, - jadi tergantung metodenya. Penyatuan Ojas, Atma- Paramatma dengan teknik tsb memproduksi amritam/ tirta sanjiwani keabadian. Jadi, dengan meditasi dan afirmasi sperma itu naik melalui kundalini ke sahasrara. Syaratnya, harus bisa puasa birahi, paling maksimal maithuna itu dilakukan sekali sebulan, baru sperma / ojas nya tak terbuang sia sia, ia berubah full power. Jadi jika sebaliknya, sering sering maithuna itu, maka jadi relatif sangat susah mencapai pencerahan sempurna, baik membukaan three netra maupun pencapaian sat cit ananda apalagi enlingthenment. Karena itu orang sukla brahmancarin rakatif lebih mudah mencapai pencerahan, namun seorang yang melakoni grahasta ashrama bukan tak bisa, sangat bisa dan memungkinkan, hanya memang harus kerja keras, dipaksa wajib disiplin senantiasa all out untuk merealisasikannya.

Tantra Kama Sutra

Kama sutra lumrah diekpose di Barat, dengan berbagai art / seni suatu fose fose “maithuna” yang sangat erotis. Dan hal itu wajar wajar saja, apalagi ada yang namanya ilmu Apara avidya ( ilmu dunia sekala) dan Para Vidya (niskala).

Pastinya ada pihak pihak tertentu yang menjadi bagian masing masing golongan tsb

Jika kita fokus pada Satwika Tantra Kama Sutra. Intinya Maithuna itu dilakukan bersama satu visi dalam domain pemujaan. Sama sama sadar dan memiliki orientasi pada penyatuan Shivasakti, sebagai prinsif Ardhenareswari. Itu goal utama ajaran Satwika Kama Sutra. Dengan afirmasi selalu menyertai prinsif unity dari Shiva Sakti itu, Pancatattwa pun diasosiasikan sebagai simbol simbol penyucian mental dan spiritual. Minuman keras, Perempuan, Ikan, Daging dan Mudra, bukan diaplikasikan secara fisik, melainkan disucikan secara mental dan spiritual murni, dengan deskripsi mental, Minuman keras tidak lain adalah Pengetahuan yang didapat dengan shadana , efek yang memabukkan, karena melakukan yoga intensif kepada Parabrahman. Dengan pemujaan strike seperti itu akhirnya kesadarannya terhadap dunia luar hilang, Mamakan Daging, bukan daging hewan, semua perbuatan harus dikiblatkan , diarahkan kepada Paramashiva yang Agung , Memakan Ikan, adalah mengaplikasikan pengertian tat twan asi, ia memiliki rasa sensitif yang lebih, merasakan baik suka dan duka mahluk lain, Mudra, adalah perbuatan membebaskan dari ikatan, maithuna itu adalah usaha all out melakukan shadana bersama sama, dengan mempertemukan secara mental/ afirmasi pada proses penaikan kundalini melalui cakra cakra dan sumsumna , menyatukan Shakti dan Shiva di sahasrara. Nah demikianlah proses Tantrik Shiva Sakti.


RAHAYU💖🙏

#karunasakti

@karunasakti

Kamis, 14 April 2011

TATTWA JNANA

oleh:  SUMANTRE INENGAH



2.1 Sifat ketuhanan dalam tattwa jnana
Tattwajnana penyusunannya menggunakan bahasa jawa kuna, yang disusun dalam bentuk bebas (gancaran). Tattwajnana merupakan dasar semua tattwa. Tattwajnana sangat baik untuk dipahami dan dipelajari karena tattwajnana membicarakan tentang betapa menderitanya menjelma dan (mengetahui jalan) untuk kembali pada asal mula, sehingga lepas dari proses kelahiran sebagai manusia.
Tattwajnana membahas mengenai ajaran yang dimulai dengan dua unsure universal yang ada di alam raya ini yaitu Cetana dan Acetana. Cetatana adalah adalah unsure kesadaran yang disebut dengan berwujud bersih-hening, cerdas, selalu ingat, tidak pernah lupa, selalu sadar, tanpa putus dan tanpa akhir. Itu berkedudukan diatas. Sedangkan Acetana berkedudukan dibawah. Berwujud lupa, tidak pernah ingat. Bagaikan gumpalan batu dan yang sejenisnya walaupun sama kerahasiaannya, dan keutamaanya dan sama-sama luput dari suka duka tetapi karena cetana itu yang menyusup-masuk-menembus-melingkupi azas yang ada dibawah tidak dapat masuk azas yang ada di atas, maka azas yang diatas dikatakan lebih utama.
Ketika cetana dan acetana tersebut bertemu, maka lahirlah semua yang ada ini. Tetapi jika kedua azas itu berpisah, alam semuanyapun tidak ada, bagai lenyapnya mimpi di saat bangun tidur pisah dengan kantuk. Cetana dan acetana itulah yang disebut Siva Tattwa dan Maya Tattwa.
Paramasiwa tattwa adalah kesadaran yang kepertama, paling luhut da paling utama. Itualh yang sesungguhnaya bersih hening dan tidak tercemar oleh sesuatu apapun. Ia langgeng karena tidak ada perubahan, tidak lahir, tua, dan mati seta tidak ada masalalu dan masa yang akan dating. Tenang tidak ada gerak tidak kocak tidak mengalir, dan tidak berjalan, bukan sabda dan juga bukan rabaan, bukan rupa, bukan rasa, dan juga bukan bau. Ia juga bulan prihal, maka tidak dapat mendengar, merasakan, melihat mencium dan memikirka-Nya. Sungguh sempurna karena keterbatasan, karena penyakit dan umur.

Ia bukan termasuk dalam lingkaran lahir-hidup –mati. Ia bukan adalah bilangaNya, karena bukan sedikit dan juga bukan banyak. Ringkasnya, Ia tidak ada berwujud sesuatu yang memiliki lawan. Bersih hening tidal memiliki suka dan duka.
Sadasiwa tattwa ialah kesadaran yang kedua, berada di bawah parama siwa, juga sama berwujud gaib suci tanpa noda. Ia adalah hidupnya segala yang hidup, gurunya guru. Ia yang selalu dipuji puji, di muliakan, di junjung dan di renungkan  oleh para pemikir dan  para rohaniawan, walaupun benar-benar sama kenirwana-Nya dan suci tanpa celaan-Nya.
Artinya : segala apa yang di kehendaki dan dikerjakan-Nya, seketika itu terjadi. Kebrhasilan itu dinamakan Padmasana. Jika diartikan, mirip, artinya tempat duduk teratai yaitu tempat duduk terbuat atau berupa teratai. Padmasan di namakan Cadusakti.

2.2 Prosses penciptan alam semesta menurut ajaran tatwa jnana
Didalam penciptaan alam semesta diajaran tatwa jnana yang mempengaruhi adalah tri guna, guna lahir dari atma perwujudan tutur (kesadaraan) dan lupa(ketidak sadaran) bertemunya tutur dan lupa disebut pradana purusa, hal itulah yang menyebabkan lahirnya guna.
Proses pertama penciptaan alam semesta pada saat tri guna bertemunya dengan citta maka lahirlah budi, dan dari lahirnya budi lahirlah ahangkara, ahang kara dibedakan menjadi tiga yaitu : ahangkara wai kreta, tai jasa dan bhutadi.
Ahang kara waikreta mengadakan manah dan dasendria (pancadria dan pancakarmendria). Ahangkara butadi mengadakan panca tanmantra dari panca tanmantra lahir panca mahabhuta. Sedangkan ahangkkara taijaasa membantu kerja ahangkara waikreta dan bhutadi. Bercampurnya panca maha bhuta dengan guna melahirkan andhabhuwana, sepeti sapta loka(alam atas) dan patala(alam bawah).
Bhatara siva menyusupi alam semesta dengan kria saktinya kemudian manusia diciptakan. Ketika atma berhubungan dengan ahamkara menimbulkan panca tanmantra, panca mahabhuta dan manah. Hubungan atma dengan manah menyebabkan atma dibedakan menjadi lima yang disebut panca atma. Bhatara siva yang menempati seseorang akan memiliki atma wisesa atma wisesa ia yang memiliki bayu, sabda idep, berbeda dengan binatang tidak memiliki atma wisesa. Semuanya ini ada pada manusia dan diberikan kesadaran pada atma yang berbeda-beda menurut atma yang berada alam surya dan jagra tidak terpengaruh subha dan asubha karma tetapi di alam susukta. 



 DAFTAR PUSTAKA
 

Djlantik, I K.  2008.  Aji Sangkya. Widya Dharma. Denpasar.

SRUTI

OLEH SUMANTRE INENGAH


Pengelompokan Veda Sruti (Kodivikasi Veda)
Weda Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh Tuhan (Hyang Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang sebenarnya (originair) yang diterima melalui pendengaran, yang diturunkan sesuai periodesasinya dalam empat kelompok atau himpunan. Oleh karena itu Weda Sruti disebut juga Catur Weda atau Catur Weda Samhita (Samhita artinya himpunan). Beberapa kelompok Veda Sruti yang dapat terhimpun kedalam weda sruti anatara lain :

SRUTI di bagi menjai 3 yaitu:
A. MANTRA
B. BRAHMANA
C. ARANYAKA/UPANISAD

A. MANTRA di bagi menjadi 4 bagian kitab :
1.  RG VEDA
2.  SAMA VADA
3.  YAJUR VEDA
4.  ATHARWA VEDA
B. BRAHMANA di bagi menjadi 4 antaralain:
1.  REG VEDA    
2.  SAMA VEDA   
3.  YAJUR VEDA
4.  ATHARWA VEDA = Gopatha
B.1. RG. VEDA di bagi menjadi 2 yaitu;
  1. Aiterya
  2. kausitaki
B.2. SAMA VEDA di bagi menjadi 2 :
  1. Panca wimsa
  2. Sad wimsa


B.3. YAJUR VEDA di bagi menjadi 2 yaitu:
  1. Taitriya/krisna
  2. satapatha
C. ARANYAKA/UPANISAD di bagi menjadi 4 antara lain:
  1. RG VEDA
  2. SAMA
  3. YAJUR
  4. ATHARWA

ARANYAKA  dibagi lagi menjadi 2 bagaian :
Rg veda – dibagi lagi menjadi 2 yaitu: Aitarya dan Kausitaki
Yajur veda – dibgi menjadi 2 yaitu; Taitrya dan Brhadaranyaka

C.1. RG VEDA di bagi menjadi beberapa bagian sebgai berikut ;
Ø  Aitareya                     
Ø  Kausitaki                    
Ø  Nadabindu                 
Ø  Atmapraboda             
Ø  Nirwana                     
Ø  mudgala
Ø  aksamalika
Ø  tripura
Ø  saubhagya
Ø  Bhawrca













C.2  SAMA di bagi lagi menjadi beberapa bagian :
-Kena                          -maitry                         -mahat                         -savitri
-Candogya                  -wajra socika               -samnyasa       
-Aruni                          -yoga cudamani           -awyakta                     -jabali
-Maitrayani                  -wasudewa                  -kundika                      -Darsana
-rudraksajabala

C.3. YAJUR di bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut
Katawali                      -skanda                        -paramahamsa
Kaitiriya                      -yogasikha                   -subala
Kaiwalya                     -ekaksara                     -manatrika
Swetaswatara              -sariraka                       -niralambha
Garbha                                    -aksi                             -trisikhibrahmana
Narayana                     -katha                          -mandalabrahmana
Amarta nada               -awadhuta                   -adwayataraka
Kalagnirudra               -Yogakundalini           -paingala
Ksurika                        -pancabrahma              -turiyatita
Sarwasara                    -pranagnihotra             -adhiyatma
Sukarasya                    -waraha                       -tarasara
Tejobindu                    -kalisamtarana             -yajnawalkya
Dhiyanabindu             -saraswatirahasya        -satyayani
Brahmawidya              -isawasya                     -muktika
Yogatattwa                 -brhadarnyaka             -bhiksu
Daksinammurti            -jabala                          -Rudrahradaya
Amrtahsindu               -hamsa

C.4. ATHARWA di kelompokan menjadi beberapa bagian antara lain :
Prasna                                      -atma
Mundaka                                 -pasupata
Mandukya                               -parabrahma
Atharwasira                             -tripuratapani
Atharwasikha                          -dewi
Brhajabala                               -paramahamsa
Nrsimhatapani                         -pariwrajaka
Naradapariwarajaka                -bhawana        
Sita                                          -Ganapati
Sarabha                                   -mahawakya
Mahanarayana                         -gopalatapani
Ramarahasya                           -krsna
Ramatapani                             -brahmajabala
Sandilya                                  -bayagriwa     
Annapurna                              -dattatrya
Surya                                       -Garuda



Selasa, 04 Januari 2011

Tri Hita Karana

“”Tri Hita Karana"
Om svastyastu,
Tri Hita Karana Berasal dari kata, Tri, Hita & Karana yang di ambil dari  Bahasa Sansekerta yang artinya Tiga Penyebab adanya Kebahagiaan.  Sebagaimana yang dimuat didalam ajaran Agama  bahwa”  Kebahagian Jagadhita dan moksa adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia.  Ajaran filosofis Tri Hita Karana mengajak kita untuk menjaga keserasian, keselarasan dan keseimbangan  dengan Sesama, Lingkungan dan Sang Pencipta.
Dalam hubungan dengan sesama (Pawongan) kita mesti menyadari bahwa kita dilahirkan dalam perbedaan dengan orang lain.  Dan, justru dalam perbedaan itulah kita memiliki  makna karena hidup dalam perbedaan, kita  menjadi saling membutuhkan antara sesama.  Dalam hal ini kembali perlu direnungkan konsep universal “ Tat Tvam Asi”  manusia selain sebagai mahluk individu, manusia juga sebagai mahluk sosial.  Sebagai mahluk sosial manusia akan hanya dapat mempertahankan hidupnya dengan sempurna, apabila ia hidup dengan sesama dan juga dengan kehidupan yang lain. Manusia tidak akan memiliki arti dalam kesendirian, sebab tidak banyak hal yang dapat dilakukan sendiri, sedangkan kehidupannya memiliki kebutuhan yang komplek. Jadi disamping memiliki keahlian pada bidang-bidang tertentu (profesi) tetapi masih banyak hal lain yang tidak dapat dibuatnya sendiri. Misal: si A sebagai dokter,B sebagai guru dan C sebagi ahli pertanian, agar A, B dan C  dapat memenuhi hidupnya, maka mereka harus bekerja sama. Dalam arti untuk bidang kesehatan, si A membantu B dan C; sedangkan untuk hal pendidikan, si B membantu A dan C; untuk hal-hal pertanian, si Cmembantu Bdan A.
Tuhan memang telah menciptakan manusia dengan keahlian yang berbeda-beda, yang dimaksudkan demi kesempurnaan kehidupan didunia ini, seperti yang dijelaskan didalam weda smerti; 1.31.

“ Demi keamanan dan kemakmuran dunia,
Tuhan menciptakan brahmana, ksatria, wesia dan sudra”.

Menyadari hal demikian, kita mesti selalu menjalin hubungan dengan sesama manusia dan hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang baik atau saling membantu dan menghormati (simbiosis mutualisme), sebab hanya hubungan yang demikian dapat memberi arti kepada hidup manusia. jadi seseorang harus tetap berpegangan pada ajaran dharma, yang pada dasar nya mengharapkan agar dalam kehidupan ini kita selalu mengukur dari diri kita sendiri. Setiap akan melangkah, kita diharapkan bertanya pada diri sendiri, “apakah yang kita lakukan, jika ditujukan kepada diri sendiri memberi akibat baik atau buruk”. Apabila kita menginginkan kedamaian dalam menempuh hidup bersama.
            Dalam menjaga hubungan dengan Alam (palemahan), manusia harus sadar bahwa kita tidak akan dapat bertahan hidup tanpa alam, sebaliknya alam akan tetap lestari tanpa ulah dan campur tangan manusia. Tuhan menciptakan alam semesta untuk menjadi “sapi perahan” (kamadhuk), yang dapat mengembangkan kehidupan manusia. hal yang sama ditekankan dalam sumber Atharwa Weda XII.I.45.
“semoga bumi yang dihuni oleh orang
Menggunakan berbagai bahasa,
dengan upacara agama yang beragam
sesuai dengan tempat tinggal”.
Alam semesta laksana sapi perahan yang selalu memberi susu. Dengan kata lain, jagad raya ini adalah sumber harta (kebutuhan hidup) manusia. peranan bumi sebagai sapi perahan bagi segala kehidupan yang ada di bumi misalnya: manusia membutuhkan makan, katakanlah beras, sayuran, semua itu dapat diambil dari tanaman yang tumbuh di bumi. Dan sepanjang sejarah manusia belum pernah bisa menciptakan hewan dan tumbuh-tumbuhan, walau peradaban manusia sudah tinggi. Yang sering kita temui adalah keberhasilan manusia untuk mengadakan kreasi dari ciptaan Tuhan tersebut, seperti adanya penyilangan, sehingga dari hasil tersebut menghasilkan jenis atau tumbuhan baru. Oleh karena itu, peran bumi tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia., sebab manuisia tidak akan bertahan hidupnya jika bumi atau sumber artha musnah sehingga kelestarian alam harus dijaga.
Seperti perumpamaan masyarakat hindu,” kadi manik ring cecupu” (bagaikan janin dalam rahim). Atas dasar itu, manusia harus selalu menjaga kelestarian lingkungan, karena setiap spesies yang ada memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda.
Tidak mungkin Tuhan menciptakan mahluk tanpa guna.
            Dalam menggali artha, hendaknya didasari “dharma”. Harta bukanlah segala-galanya, artinya ia bukan tujuan akhirhidup manusia. harta adalah sarana hidup manusia, dalam mencapai tujuan yang sejati. Jika diibaratkan lalu lintas laut, maka harta adalah air laut itu sendiri, yang digunakan sebagai perantara, perlulah logika kebijaksanaan sehingga perahu tidak tenggelam begitu juga hasil penggunaan harta, maka ia harus memperhatikan ajaran-ajaran Dharma Sebagaimana ditekankan didalam sloka.
“ pada hakekatnya harta dan kama hendaknya dituntut maka seharusnya Dharma   dilakukan lebih dahulu tidak akan artinya dan kama diperoleh menyimpang dari dharma.
Dari sloka terlihat perana dharma yang senantiasa menjadi pedoman hidup(way of life) bagi manusia, guna tetap terpeliharanya alam dengan kehidupan manusia.  dengan apa yang dianjurkan oleh sloka diatas, tentunya orang tidak akan semena-mena menikmati alam semesta ini dan jika kondisi yang demikian dapat diciptakan, tentu tidak akan terdapat praktek-praktek pengrusakan hutan, pencemaran atau polusi, termasuk polusi spiritual(rohani).  Sebagai pengamalannya, dalam praktek agama sehari-hari, mengenal adanya upacara tumpekan.  Seperti:  tumpek landep, tumpek kandang, pekelemen dan pecaruan.

Dalam menjaga hubungan dengan Tuhan (Parahyangan) manusia mesti menyadari bahwa dirinya berasal dari tuhan dan kelak harus bersatu kepadanya kembali kepadanya atas dasar itu, uaya yang perlu dilaksanakan adalah cara- cara yang dapat mendekatkan diri kita dengan-Nya.  Dalam hal ini Sraddha dan yoga adalah  jawabannya apakah jalan yang dapat kita tempuh untuk kembali kepada-Nya hanya satu, ataukah terdapat banyak jalan?  Untuk menjawab ini sri krisna dalam Bhagavad gita bersabda:
यो यो यां यां तनुं भक्तः श्रद्धयार्चितुमिच्छति  
तस्य तस्याचला श्रद्धं तमेव विदधाम्यहम्   

“ yo yo yam yam tanum bhaktah
Sraddhayar citum icchati
Tasya tasyacalam srddham
Tam eva vidadhamy aham”
Artinya: 

“ jalan manapun di tempuh manusia
Ke arah-Ku  semua ku- terima
Dari mana- mana semua mereka
Menuju jalan- ku oh partha”
( Bhagavad gita VII.21)

Demikianlah dasar-dasar ajaran yang perlu kita perhatikan dalam rangka hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan tuhan  penerapan ajaran Tri hita Karana  dalam kehidupan masyarakat hindu yaitu melalui panca yadnya.  Jika semua dasar- dasar ajaran dapat diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat jelas tidak akan ada masalah- masalah dalam lingkungan  hidup.  Melalui Tri Hita Karana  Mari kita tingkat kesadaran Sraddha dan Bhakti kehadapan  Brahman( Ida sanghyang Widhi wase)  demikian pesan dharma yang dapat saya sampaikan semoga bermamfaat di kalangan para umat sedharma,
  “ Om  asato masad gamaya tamasya majyotir gamaya,  lokha samasta sukhino bhavantu”  akhir kata saya ucapkan paramasanti”   

 Om santih, santih, santih om.

OLEH :
I Nengah Sumantre