Selasa, 04 Januari 2011

Tri Hita Karana

“”Tri Hita Karana"
Om svastyastu,
Tri Hita Karana Berasal dari kata, Tri, Hita & Karana yang di ambil dari  Bahasa Sansekerta yang artinya Tiga Penyebab adanya Kebahagiaan.  Sebagaimana yang dimuat didalam ajaran Agama  bahwa”  Kebahagian Jagadhita dan moksa adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia.  Ajaran filosofis Tri Hita Karana mengajak kita untuk menjaga keserasian, keselarasan dan keseimbangan  dengan Sesama, Lingkungan dan Sang Pencipta.
Dalam hubungan dengan sesama (Pawongan) kita mesti menyadari bahwa kita dilahirkan dalam perbedaan dengan orang lain.  Dan, justru dalam perbedaan itulah kita memiliki  makna karena hidup dalam perbedaan, kita  menjadi saling membutuhkan antara sesama.  Dalam hal ini kembali perlu direnungkan konsep universal “ Tat Tvam Asi”  manusia selain sebagai mahluk individu, manusia juga sebagai mahluk sosial.  Sebagai mahluk sosial manusia akan hanya dapat mempertahankan hidupnya dengan sempurna, apabila ia hidup dengan sesama dan juga dengan kehidupan yang lain. Manusia tidak akan memiliki arti dalam kesendirian, sebab tidak banyak hal yang dapat dilakukan sendiri, sedangkan kehidupannya memiliki kebutuhan yang komplek. Jadi disamping memiliki keahlian pada bidang-bidang tertentu (profesi) tetapi masih banyak hal lain yang tidak dapat dibuatnya sendiri. Misal: si A sebagai dokter,B sebagai guru dan C sebagi ahli pertanian, agar A, B dan C  dapat memenuhi hidupnya, maka mereka harus bekerja sama. Dalam arti untuk bidang kesehatan, si A membantu B dan C; sedangkan untuk hal pendidikan, si B membantu A dan C; untuk hal-hal pertanian, si Cmembantu Bdan A.
Tuhan memang telah menciptakan manusia dengan keahlian yang berbeda-beda, yang dimaksudkan demi kesempurnaan kehidupan didunia ini, seperti yang dijelaskan didalam weda smerti; 1.31.

“ Demi keamanan dan kemakmuran dunia,
Tuhan menciptakan brahmana, ksatria, wesia dan sudra”.

Menyadari hal demikian, kita mesti selalu menjalin hubungan dengan sesama manusia dan hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang baik atau saling membantu dan menghormati (simbiosis mutualisme), sebab hanya hubungan yang demikian dapat memberi arti kepada hidup manusia. jadi seseorang harus tetap berpegangan pada ajaran dharma, yang pada dasar nya mengharapkan agar dalam kehidupan ini kita selalu mengukur dari diri kita sendiri. Setiap akan melangkah, kita diharapkan bertanya pada diri sendiri, “apakah yang kita lakukan, jika ditujukan kepada diri sendiri memberi akibat baik atau buruk”. Apabila kita menginginkan kedamaian dalam menempuh hidup bersama.
            Dalam menjaga hubungan dengan Alam (palemahan), manusia harus sadar bahwa kita tidak akan dapat bertahan hidup tanpa alam, sebaliknya alam akan tetap lestari tanpa ulah dan campur tangan manusia. Tuhan menciptakan alam semesta untuk menjadi “sapi perahan” (kamadhuk), yang dapat mengembangkan kehidupan manusia. hal yang sama ditekankan dalam sumber Atharwa Weda XII.I.45.
“semoga bumi yang dihuni oleh orang
Menggunakan berbagai bahasa,
dengan upacara agama yang beragam
sesuai dengan tempat tinggal”.
Alam semesta laksana sapi perahan yang selalu memberi susu. Dengan kata lain, jagad raya ini adalah sumber harta (kebutuhan hidup) manusia. peranan bumi sebagai sapi perahan bagi segala kehidupan yang ada di bumi misalnya: manusia membutuhkan makan, katakanlah beras, sayuran, semua itu dapat diambil dari tanaman yang tumbuh di bumi. Dan sepanjang sejarah manusia belum pernah bisa menciptakan hewan dan tumbuh-tumbuhan, walau peradaban manusia sudah tinggi. Yang sering kita temui adalah keberhasilan manusia untuk mengadakan kreasi dari ciptaan Tuhan tersebut, seperti adanya penyilangan, sehingga dari hasil tersebut menghasilkan jenis atau tumbuhan baru. Oleh karena itu, peran bumi tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia., sebab manuisia tidak akan bertahan hidupnya jika bumi atau sumber artha musnah sehingga kelestarian alam harus dijaga.
Seperti perumpamaan masyarakat hindu,” kadi manik ring cecupu” (bagaikan janin dalam rahim). Atas dasar itu, manusia harus selalu menjaga kelestarian lingkungan, karena setiap spesies yang ada memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda.
Tidak mungkin Tuhan menciptakan mahluk tanpa guna.
            Dalam menggali artha, hendaknya didasari “dharma”. Harta bukanlah segala-galanya, artinya ia bukan tujuan akhirhidup manusia. harta adalah sarana hidup manusia, dalam mencapai tujuan yang sejati. Jika diibaratkan lalu lintas laut, maka harta adalah air laut itu sendiri, yang digunakan sebagai perantara, perlulah logika kebijaksanaan sehingga perahu tidak tenggelam begitu juga hasil penggunaan harta, maka ia harus memperhatikan ajaran-ajaran Dharma Sebagaimana ditekankan didalam sloka.
“ pada hakekatnya harta dan kama hendaknya dituntut maka seharusnya Dharma   dilakukan lebih dahulu tidak akan artinya dan kama diperoleh menyimpang dari dharma.
Dari sloka terlihat perana dharma yang senantiasa menjadi pedoman hidup(way of life) bagi manusia, guna tetap terpeliharanya alam dengan kehidupan manusia.  dengan apa yang dianjurkan oleh sloka diatas, tentunya orang tidak akan semena-mena menikmati alam semesta ini dan jika kondisi yang demikian dapat diciptakan, tentu tidak akan terdapat praktek-praktek pengrusakan hutan, pencemaran atau polusi, termasuk polusi spiritual(rohani).  Sebagai pengamalannya, dalam praktek agama sehari-hari, mengenal adanya upacara tumpekan.  Seperti:  tumpek landep, tumpek kandang, pekelemen dan pecaruan.

Dalam menjaga hubungan dengan Tuhan (Parahyangan) manusia mesti menyadari bahwa dirinya berasal dari tuhan dan kelak harus bersatu kepadanya kembali kepadanya atas dasar itu, uaya yang perlu dilaksanakan adalah cara- cara yang dapat mendekatkan diri kita dengan-Nya.  Dalam hal ini Sraddha dan yoga adalah  jawabannya apakah jalan yang dapat kita tempuh untuk kembali kepada-Nya hanya satu, ataukah terdapat banyak jalan?  Untuk menjawab ini sri krisna dalam Bhagavad gita bersabda:
यो यो यां यां तनुं भक्तः श्रद्धयार्चितुमिच्छति  
तस्य तस्याचला श्रद्धं तमेव विदधाम्यहम्   

“ yo yo yam yam tanum bhaktah
Sraddhayar citum icchati
Tasya tasyacalam srddham
Tam eva vidadhamy aham”
Artinya: 

“ jalan manapun di tempuh manusia
Ke arah-Ku  semua ku- terima
Dari mana- mana semua mereka
Menuju jalan- ku oh partha”
( Bhagavad gita VII.21)

Demikianlah dasar-dasar ajaran yang perlu kita perhatikan dalam rangka hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan tuhan  penerapan ajaran Tri hita Karana  dalam kehidupan masyarakat hindu yaitu melalui panca yadnya.  Jika semua dasar- dasar ajaran dapat diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat jelas tidak akan ada masalah- masalah dalam lingkungan  hidup.  Melalui Tri Hita Karana  Mari kita tingkat kesadaran Sraddha dan Bhakti kehadapan  Brahman( Ida sanghyang Widhi wase)  demikian pesan dharma yang dapat saya sampaikan semoga bermamfaat di kalangan para umat sedharma,
  “ Om  asato masad gamaya tamasya majyotir gamaya,  lokha samasta sukhino bhavantu”  akhir kata saya ucapkan paramasanti”   

 Om santih, santih, santih om.

OLEH :
I Nengah Sumantre 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar