Selasa, 04 Juli 2023

Folosf Siwaratri

 (DARMAYASA)

Selamat merayakan Hari Raya Shivaratri

Kemuliaan jagra dalam Śivarātri diberikan melalui cerita sang pemburu bernama Lubdhaka yang melek semalaman duduk di atas pohon disebabkan rasa takut karena kemalaman di hutan (irika tikang niṣāda mӗmӗnek pang ing maja). Ia tidak pernah melakukan kebaikan berupa punia, yaśa, dharma, dan brata (satata turung mapunya yaśa dharma len brata katinya kaśmala dahat). Di lain pihak dalam praktik spiritual Veda, tradisi jagra merupakan tradisi yang sangat kuna. Tradisi bagi para pemuja Śiva untuk mempraktikkan pūjā-dhyāna atau sembahyang dan meditasi khusus pada Śiva. Para bhakta Śiva dan Yogi lebih mementingkan jagra dalam menyelamatkan pikiran dari kejatuhan di malam gelap “peteng pitu” atau Sapta Timira, yaitu 7 jenis kegelapan berupa surūpa (ketampanan/kecantikan), kulina (kelahiran, kebangsawanan), yauvana (masa muda), kaśuran (kekuatan, keperwiraan), guṇa (kecerdasan, keahlian, sifat-sifat baik), sura (kemabukan, minuman keras), dan dhana (kekayaan).

Jagra pada malam Śiva dimaksudkan menjaga agar manah (pikiran) yang dalam aktivitas super cepat, baik keadaan jaga (jāgrata) dan tidur (svapna) untuk dapat diarahkan pada Śiva (tan me manaḥ śiva-saṁkalpam astu). Ketika pikiran sedang terjaga maka ia akan bergerak maha cepat dan maha jauh kemana-mana. Demikian pula ketika pikiran sedang tertidur maka ia akan bergerak maha cepat dan maha jauh, kapan saja dan kemana saja. Oleh karena itu, orang akan menjaga bukan hanya jaganya pikiran melainkan juga tidurnya pikiran agar tetap berada lelap dalam saṁkalpa pada malam Śiva.

Pengertian Jagra bukan hanya berarti tidak tidur dalam kegelapan melainkan juga tidak tidur dalam terang. Kegelapan pun ada dalam terang, kebodohan pun ada dalam kecerdasan, kecorobohan dan kealpaan pun bisa terjadi dalam “kebijaksanaan”. Jagra berarti tetap terjaga dalam sentuhan karunia Dewa Śiva. Menjaga pikiran dengan jagrata atau terjaga adalah dengan memusatkan pikiran kepada Śiva sebagaimana sang Lubdhaka memusatkan pikirannya pada lingga Dewa Śiva. Dengan demikian, gerak super cepat pikiran akan menjadi terkontrol serta terarah dengan baik menuju pada Śiva sendiri. (02).

Darmayasa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar