Senin, 11 Oktober 2010

KONSEP EKONOMI HINDU

Oleh : I Nengah Sumantre


KONSEP EKONOMI HINDU

Om Swastyastu,
Om Awighnam Astu Namo Siddham
Om Ano Badrah Krtavo Vyantu Visvatah
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.

Marilah kita panjatkan puja - puji atas Asung Kerta Wara Nugraha-Hyang Widhi Wasa kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat.
Pada kesempatan yang berbahagia ini tiang ingin menyampaikan sedikit pesan Dharma, tiang mencoba untuk mengulas mengenai ”Konsep Ekonomi Hindu”

Banyak orang beranggapan bahwa kegiatan ekonomi dan praktek keagamaan hindu tidak sejalan. padahal Vedanta menyatakan bahwa kehidupan itu satu, dari kelahiran menuju kematian, dan dari kematian menuju kelahiran kembali, demikian secara terus- menerus. Dalam kehudupan tersebut satu pendapat obswitri ekonomi mengajarkan kepada kita bahwa kekayaan hendaknya di gunakan sebaik-baiknya, berikan bantuan uang kepada orang - orang miskin. Kekayaan ibarat roda –roda sebuah kereta bersama bergulir dari seorang ke orang lainnya. Uang didaya gunakan untuk kemajuan bersama (artha kasadyaning artha)
Ajaran Hindu melingkupi seluruh aspek kehidupan. Kita memiliki ajaran Catur Purusa artha hidup harus dilandai kebajiakan (Dharma), kita harus mengupayakan pemenuhan artha benda (artha), pemenuhan keinginan (kama) dan hidup dedikasikan untuk menuju kebebasan (moksa).
Aktivitas ekonomi adalah bagian dari integral hidup kita. Tidak ada yang salah bila umat Hindu juga mencari kekayaan. Namun Arthasastra mengatakan bahwa dalam mencari kekayan hendaknya umat hindu berpegang pada kebajikan sangat dibenarakan kita mencari uang utnuk menghidupi rumah tangga sepanjang dengan cara tepat (benar). Tetapi jang lupa bahwa tujuan hidup bukan bisa menumpuk kekayaan materi melainkan pelayanan kepada Brahman, yang dapat di praktekan melalui berbagi kepada yang tidak mampu.
Umat se-dharma yang Damai,
Menurut Vedanta ekonomi Hindu adalah sistem ekonomi untuk mencapai kedamaian bhatin, kebangkitan spiritual merupakan tujuan dari semua transaksi ekonomi. Ekonomi dalam ajaran Hindu adalah konsep yang menghantarkan kita pada pemahaman yang tepat mengenai bagaimana melakukan aktivitas ekonomi. Konsep Okonomi Hindu seperti roda, Pusat atau porosnya roda adalah ajaran Hindu sedangkan bagian luar atau rodanya adalah ekonomi. Vedanta dapat menjadi pedoman dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Mengapa? jika anda melakukan sesuatu yang terbaik untuk kebahgian orang lain maka kebahagian juga menjadi milik anda.

Kerja sebgai praktik karma yoga juga mencakup aspek ekonomi. Dalam berkerja kita mempnyai motif, namun dalam ajaran Hindu motif bukan bekerja hanya untuk kekayaan, kedudukan, dan nama baik tetapi untuk membantu pertumbuhan spiritual seseorang. Jika konsep ekonomi ini kurang diperhatikan dan dipahami dengan baik maka, pada saat seseorang gagal dalam kerja, maka tidak sedikit orang yang mengalami struk, stres, bunuh diri (penyakit berat). Dengan demikian kita harus faham, bahwa bekerja dengan tulus atau kesadaran adalah untuk tujuan kebahagian diri sendiri, keluarga, orang lain dan bangsa. Bila kita menerapkan konsep ekonomi Hindu tidak ada ketakutan sama sekali akan kehilangan sesuatu, yang ada hanyalah selalu memperoleh damai dan anugrah Hyang Widhi.

Umat se-dharma yang berbahagia

Kitab suci bersabda, dalam “sarasamuccaya” sloka 262 ber buyi :

Ekenamcena dharmathah
Kartavyo bhutimicchata,
Ekenamcena karmatha
Ekamamcam vivirddhayet.

Artinya: Demikianlah hakekatnya maka di bagi tiga (hasil usaha itu), yang satu bagian guna biaya mencapai dharma, bagian yang kedua adalah biaya untuk memenuhi karma, bagian yang ketiga diuntukan bagi melakuakan kegiatan usaha dalam bidang artha, ekonomi, agar berkembang kembali demikian hakekatnya, maka di bagi tiga, oleh orang yang ingin peroleh bahagia.

Ajaran agamah Hindu pada umumnya membagi dharma (ajaran rohani dan kesusilaan) itu menjadi enam bagian yaitu:
Sila : kebajikan atau kesusilaan
1. Yajna : persembahan atau pengorbanan suci yang dilakukan dengan tulus iklas seperti melakukan dana punnia.
2. Tapa : pengendalian/ pengekangan diri.
3. Wrata : menghindari kehidupan duniawi yang berlebihan seperti hidup sederhana dan melakukan puasa.
4. Yoga : cara menghububgkan diri dengan brahman agar dapat menyatukan atman dgan brahman.
5. Samadhi : menyatukan atman dgna paratman.
Ke enam (6) perbuatan yang termasuk dharma adalah, melakukan dana yang besarnya 1/3x penghasilan. Dari keenam bagian dharma itu dana punia termasuk bagian dari yajna, karena 1/3 dari penghasilan digunakan untuk dharma. Dharma itu terdiri dari 6 bagian maka besarnya dana punia adalah ;

Dana punia = 1/18 x penghasilan atau,
Danapunia = 5 % x penghasilan

Untu lebih jelasnya contohnya sebagai berikut:
Bila penghasilan seseorang tiap bulanya sebesar Rp 540.000 hanya melaksaanakan yajna saja, maka tiap bulannya berdana punnia 1/8 x Rp 540.000 = Rp30.000 (tiga puluh ribu rupiah).
Orang yang tidak mau berdana punia atau mebagi hasilnya dalam bentuk dana punia, mereka termasuk orang lobha (rakus) kata-kata ini tersurat dalam kitab suci veda “Bhagawadgita” XVI.21

Triwidham narakasyedam
dwaram nasanam atmanah
kamah krodhas tatha lobhas
tasmad etat trayam tyajet.

artinya : inilah pintu gerbang neraka, jalan menuju jurang kehancuran diri, ada tiga yaitu kama, krodha dan lobha. Oleh sebab itu ketiga-tiganya harus ditinggalkan.

Demikianlah pesan Dharma yang saya sampaikan, mudah-mudahan dapat bermanfat bagi kita semua, dan saya akhiri degan Parama Santih.

Om Santih Santih Santih Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar